Etika
Komunikasi Dalam Islam
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu,….”
(Ali Imran ayat 159)
Ayat ini sangat luas dan dalam
maknanya, karena itu ketika menyelesaikan studi di fakultas ilmu komunikasi,
ayat inilah yang mengilhami skripsi saya. Dari firman Allah ini, betapa besar
dampaknya komunikasi dalam tatanan hidup manusia sebagai mahluk sosial. Menurut
pakar komunikasi 70% dalam 24 jam, waktu manusia diisi dengan komunikasi.
Begitu banyaknya waktu yang kita habiskan dalam komunikasi. Salah komunikasi
atau misscommunicationakan
mengakibatkan salah persepsi, atau dalam bahasa gaulnya “nggak nyambung”.
Faktor yang paling penting dalam
berdakwah ialah komunikasi. maka sebagai muslim kita harus tahu etika
berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Menurut saya, rasullullah SAW
adalah komunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan pasti
berkesan dihati para sahabat, bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.
Tiada agama yang paling sempurna
kecuali Islam, siapapun apakah ia muslim atau kafir bila saja mau menggunakan
akal untuk berpikir, pasti akan sampai pada kesimpulan yang sama. Bayangkan,
Islam tidak hanya mengatur kehidupan akhirat, duniawi, teknologi, bahkan sampai
hal-hal kecil pun seperti tata cara mandi, berpakaian, tidur diatur Islam,
melalui sunnah rasullulah saw, uswatunhasanah
bagi kita. Islam juga banyak mengatur tata cara berkomunikasi. Sungguh
beruntung kita ditakdirkan sebagai seorang muslim, karena hidup kita mempunyai
tuntunan yang lengkap dan menyeluruh. Lengkap karena kita memiliki Al Quran dan
hadits sebagai sumber hukum yang paling otentik dan terpercaya.
Rasululah SAW mengatakan
,”Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain,”
atau ,”Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang sangat baik dengan
tetangganya,” dan banyak lagi hadits-haditsyang menyuruh kita untuk mencintai
saudara kita sesama muslim seperti kita mencintai diri kita sendiri. Semua ini
membuktikan betapa kita harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang
islami, hingga lisan kita tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya
setiap kata yang diucapkan dapat menyejukkan hati.
Allah berfirman,” Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan serta menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling takwa diantara kamu sekalian”.
(Al Hujarat, : 13) Dari ayat ini, Allah menyuruh kita untuk saling mengenal,
mestipun berbeda suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda warna
kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik.
SelanjutnyaAllah juga menegaskan yang paling mulia di sisi Allah bukanlah yang
paling kaya, paling cantik, paling pintar, paling popular dsbnya, namun yang
paling mulia adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.
Setiap manusia mempunyai karakter,
sifat dan kepribadian yang berbeda. Meski anak yang lahir kembar identik pun
pasti memiliki sifat dan karakter yang tidak sama. Untuk itu Islam mengatur
tata cara bergaul yang benar, agar seseorang dapat bersinergi dengan orang lain
meski mempunyai kepribadian , sikap dan watak yang berbeda. Allah berfirman,”
Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan
diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (Al Furqon: 63)
Rendah hati (tawadhu) dan
mengucapkan kata-kata yang baik (Qaulan Salaamah). Rendah hati adalah sifat
yang sangat mulia, orang yang tawadhu akan tercermin dari sifat dan tingkah
lakunya. Dalam pergaulan orang yang tawadhu pasti disenangi, bila berkata
sewajarnya, kepada yang lebih tua menghormati, namun kepada yang lebih muda
menyayangi. Orang seperti ini bila ditakdirkan jadi pemimpin, ia akan tampil
sebagai pemimpin yang amanah.
Bila kita baca riwayat hidup
rasullah, manusia yang dijamin masuk surga itu, sungguh rendah hati terhadap
keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda,” Sesungguhnya Allah telah
memberi wahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga
tidak ada seseorang bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang
menganiaya yang lain,” (Hr Muslim). Dan dalam riwayat lain Anas RA berkata,”
Bila ada budak di Madinah memegang tangan nabi SAW, maka beliau pergi mengikuti
kemana budak itu menghendaki”. (Hr Bukhari) Sungguh, sikap tawadhu benar-benar
dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status sosial kendati
beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat namun tetap
menghargai seorang budak.
Sebagai Muslim yang baik harus
selalu menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya. Karena setiap lafaz yang
kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan diakhirat nanti. Dalam pergaulan Qaulan
Salaamahterdiri dari beberapa aspek antara lain:
Pertama : Qaulan Kariiman ( mulia)
sebagai muslim kita harus berkatadengan kata-kata yang mulia, hindarilah
kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok hingga menyakiti
perasaan orang lain. Pepatah mengatakan,”Memang lidah tidak bertulang, tak
terbatas kata-kata” kendati lidah tak bertulang, namun lidah bisa lebih tajam
dari sembilu. Banyak orang bisa sembuh bila dilukai dengan pedang, namun bila
dilukai dengan lidah, sakitnya akan terbawa sampai mati. Hati-hati dengan
perkataan, bila ingin bergurau tetap jaga lisan dari kata-kata yang menyakiti,
bergurau dan bergaul harus tetap dengan kata-kata yang mulia.
Kedua : Qaulan ma’rufan ( baik)
“Berkatalah yang baik atau diam” itu pesan rasullulah kepada ummatnya. Sebagai
muslim yang beriman lisan harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun
yang diucapkannya harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang
yang mendengarnya. Jangan biarkan lisan ini mencari-cari kejelekan orang lain.
Hindari kata-kata yang hanya bisa mengkritik atau mencari kesalahan orang lain,
memfitnah, menghasut. Sungguh, perbuatan yang sangat hina, hingga Allah
berfirman dalam surah Al Hujarat ayat 12, seumpama orang yang memakan bangkai
temannya sendiri. Sungguh sangat menjijikkan.
Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan
benar). Seorang muslim berkata harus benar, jujur jangan berdusta. Karena
sekali kita berkata dusta, selanjutnya kita akan berdusta untuk menutupi dusta
kita yang pertama, begitu seterusnya, sehingga bibir kita pun selalu berbohong
tanpa merasa berdosa. Siapapun tak ingin dibohongi, seorang istri akan sangat
sakit hatinya bila ketahuan suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya. Rakyat
pun akan murka bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalam
menyampaikan kebenaran, adalah keberanian untuk bicara tegas, jangan ragu dan
takut, apalagi jelas dasar hukumnya Al Quran dan hadits. “Katakanlah kebenaran
itu, meskipun sangat menyakitkan,” pesan Rasullulah ini, sejatinya mrnguatkan
kita dalam menghadapi resiko yang apa pun yang akan kita hadapi dalam
berdakwah.
Keempat : Qaulan Balighan (tepat)
sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dan kondisi
yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara dengan
anak-anak kita harus berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja
kita harus mengerti dunia mereka. Jangan kita berdakwah tentang teknologi
nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut tentu sangat tidak tepat sasaran,
malah membuat mereka semakin bingung..
Kelima : Qaulan Layyinan (
lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,
meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang
kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap kata
yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Seperti
ayat pembuka diatas Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam berdakwah,
karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan
menjauh. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan
lemahlembut, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lemahlembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,”
(Al A’raaf ayat 55)
Demikian Allah mengajarkan
kepada kita, dalam menjalin komunikasi, khususnya dengan saudara kita sesama
muslim. Yakinlah bila tuntunan ini kita praktekkan dalam kehidupan baik di
dalam rumahtangga, maupun di masyarakat. Dimana pun kita berada insyaAllah,
semuanya akan terasa indah. Karena muslim yang beriman keberadaannya akan
selalu disenangi, kata-katanya menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.
Mampukah kita? Yuk, mulai sekarang, saya, anda atau siapapun mari kita belajar
untuk menjadi komunikator yang handal dengan cara berkata yang mulia, baik,
benar, tepat dan lemah lembut. Semoga dengan ini Allah mengangkat derajat kita
menjadi yang menegakan kemuliaan Islam, melalui lisan kita.Wallahu’alam
bishshawab. (Lva) Dari tulisan Khalifatur dan materi Kajian Tafsir Qur’an Pengajian
Sakinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apakah Bacaan ini memberi manfaat bagi saudara....!!!!
Mohon masukan yang membangun, karena kita semua pasti pernah merasakan suatu kesalahan...!!!!!