ISU-ISU
DALAM PUBLIC RELATIONS
TUGAS KELOMPOK STAKEHOLDER PR / A
DOSEN PEMBIMBING : TONI HARTONO ,M.SI
Disusun Oleh :
Jasripan
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMUN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KHASIM
RIAU
PEKANBARU
2013
Kata
Pengantar
Alhamdulillah, segala
puji bagi Allah S.W.T Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan rizki yang banyak kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah yang sederhana ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam kami
haturkan buat kekasih Allah S.W.T yakni Nabi besar Muhammad S.A.W.
Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini maupun isi pembahasan dari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan disebabkan
oleh keterbatasan ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu kami harapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sehingga kami bisa lebih baik dalam
pembuatan makalah yang lain kedepannya.TERIMAKASIH.
Pekanbaru, 20 april 2013
Daftar
Isi
Kata Pengantar ....................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................. ii
BAB 1: PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C.
Tujuan ............................................................................................. 2
BAB 11:
PEMBAHASAN
A.
Tantangan Public Relations ............................................................. 3
B.
Komunikasi Krisis ......................................................................... 7
C.
Media sosial ................................................................................... . 8
D.
Public Relations dan pasar global .................................................. ... 8
E.
Perubahan institusi Public Relations ............................................. .... 9
F.
Perubahan peran Praktisi Public
Relations ....................................... .. 10
BAB 111: PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B.
Daftar Pustaka ............................................................................... .. 15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Public relations , atau sering disebut humas adalah seni menciptakan pengertian
publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap
suatu individu/ organisasi. Menurut
IPRA (International Public Relations Association) PR adalah fungsi manajemen
dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga
swasta atau publik untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari
mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini public
di antara mereka.
Sebagai
sebuah profesi seorang PR bertanggung jawab untuk memberikan informasi,
mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan
sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi .Seorang PR selanjutnya
diharapkan untuk membuat program-program dalam mengambil tindakan secara
sengaja dan terencana dalam upaya-upayanya mempertahankan, menciptakan, dan
memelihara pengertian
bersama antara organisasi dan
masyarakatnya.
Posisi
PR merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh suatu manajemen
organisasi. Sasaran humas adalah publik internal dan eksternal, dimana secara
operasional humas bertugas membina hubungan harmonis antara organisasi dengan
publiknya dan mencegah timbulnya rintangan psikologis yang mungkin terjadi di
antara keduanya. Contoh dari kegiatan-kegiatan Humas adalah: melobi, berbicara
di depan publik, menyelenggarakan acara, dan membuat pernyataan tertulis. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.)
B. Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini yang berjudul Isu-isu dalam lingkunga Public Relations kami selaku
pemakalah akan lebih Menitikberatkan materi pemakalah kami tentang bagaimana
seorang PR itu harus bisa aktif dalam mengolah isu, meminimalisir isu,dan memberdayakan isu. Dalam
penulisan makalah ini terbagi dalam tiga Bab, yang mana Bab I berisi
pendahuluan termasuk dalamnya latar belakang, rumusan masalah Tujuan pembuatan
Makalah, kemudian Bab II adalah pembahasan, dan yang terakhir adalah Bab III
berisi penutup dan kesimpulan beserta Daftar Pustaka.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini membagi pengetahuan yang pemakalah ketuhui dan juga adalah usaha dari
pemakalah melaksanakan tugas dari Dosen pada mata Kuliah Stakeholder Relations yang
dibimbing Oleh Bapak Toni Hartono, M.SI.
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Tantangan
Public Relations
Dalam
abad ke-21 ini public relations akan terus menghadapi tantangan seperti
berikut,
1. Meningkatkan
kebutuhan akan strategi komunikasi yang efektif.
Strategi
komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan, dan manajemen untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut , strategi tidak berfungsi sebagai
peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan
tersebut.( Effendy,2003:301 ).
Agar
berhasilnya suatu strategi yang dipergunakan, maka segala sesuatunya harus
diperhatikan, seperti rumus yang dibuat oleh Lasswell tersebut.
a. Who?
(siapakah komunikatornya );
b. Says
what? (pesan apa yang dinyatakan);
c. In
which channel? (media apa yang digunakan);
d. To
whom? (siapa komunikannya);
e. With
whta effect? (efek apa yangdiharapkan)
Quiin(1992)
dalam buku kampanye PR kiat dan srategi edisi revisi (Ruslan,2002:90-91)
menyatakan agar suatu strategi dapatefektif dilaksanakn dalam suatu program,
maka ia harus mencakup beberapa hal:
1) Objektif
yang jelas dan menentukan semua ihktiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang
jelas, menetukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan.tujuan tersebut tidak
perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami menetukan.
2) Memelihara
inisiatif. Strategi inisisatif menjaga kebebasan betindak dan memperkaya
omitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap
peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa.
3) Konsentras,dengan
memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menetukan.
4) Fleksibilitas,
strategi hendaknya diniatnkan untuk dilengkapi penyangga dan dimensi untuk
fleksibilitas dan maneuveur.
5) Kepemimpinan
yang memiliki komitmen dan terkoordinasi, Strategi hendaknya memberikan
kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian
tujuan pokoknya.
6) Kejujuran,
trategi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan
kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga.
7) Keamanan,
strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting
organisasi.
2. Perlunya
untuk terus berinteraksi dengan stakeholder melalui media sosial baru.
Media
merupakan penghubung komunikasi dan informasi antara Public Relations kepada stakeholders,
oleh karena itu media masih merupakan alat yang sangat efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan komunikasi kepada internal Public Relation, dari top
management sampai kepada bawahannya, atau sebaliknya. Sementara untuk
eksternal Public Relations,
media juga sebagai alat yang menjembatani hubungan antara Public Relations dengan komunitas,
pelanggan, pemerintah, dan juga media massa itu sendiri untuk membentuk opini
sehingga tercipta citra positif perusahaan.
Public Relations seringkali
diberi label sebagai corong perusahaan dalam memberikan informasi kepada
publiknya. Public Relations digunakan
oleh perusahaan dengan sejumlah alasan tertentu diantaranya membangun atau
memperbaiki citra perusahaan, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, meningkatkan investasi
dan perluasan usaha, membuka pasar agar kondusif untuk peningkatan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, mendorong pengembangan kredibilitas dan reputasi
perusahaan dan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Penggunaan Public Relations pada tataran tersebut
berfungsi sebagai mediator, katalisator dan transformator dari institusi yang
diwakilinya dengan stakeholders yang
berhubungan dengan perusahaan. Stakeholder yang harus dilayani oleh Public Relations ini adalah stakeholders yang berasal dari dalam
perusahaan (internal Public Relations)
dan stakeholders dari luar
perusahaan (eksternal Public Relations).
Frank
Jefkins mengemukakan ada 8 (delapan) publik utama dari kelompok orang yang
berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun eksternal (Ardianto,2008; 124), yaitu; Publik internal, yakni, (1)
karyawan, (2) pemegang saham, (3) management.
Publik eksternal yang menjadi sasaran kegiatan Public Relations adalah; (1)
konsumen, (2) komunitas, (3) pemerintah, (4) media massa.
3. Komunitas
dan praktek public relations global yang terus berubah.
Istilah komunitas atau “community” lebih jarang dipergunakan
oleh manusia dibandingkan dengan istilah masyarakat. Komunitas adalah bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka
lebih terikat oleh tempat (teritorial).
Soerjono (1990) memaknai istilah community sebagai
“masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa,
sebuah kota, suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik
kelompok besar atau kelompok kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga
mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan
hidup yang utama, mereka menjalin hubungan social (social relationship), maka
kelompok tadi disebut masyarakat setempat.
Dari penjelasan tentang Komnitas diatas maka dapat
disimpulkan kenapa perubahan Komunitas itu bisa menjadi tantangan bagi praktisi
PR disuatu perusahaan, karena opini yang berkembang disuatu komunitas itu akan
lebih cendrung mengarah persamaan persepsi, dan jika opini itu berisi tentang
dampak negatif dari suatu perusahaan maka akan dengan jelas bahwa perusahaan
akan menghadapi tantangan yang cukup besar, yaitu harus bisa bekerja ekstra
keras untuk mengembalikan citra dengan cara mengubah opini yang berbentuk
persepsi yang telah berkembang dimasyarakat terhadap perusahaan dimana ia
berada.
Dengan komunitas yang demikian bisa berubah pola perilakunya
maka disinilah letak tantangan praktisi PR disuatu perusahaan untuk selalu bisa
berada dalam isu yang berkembang dikomunitas tersebut dan selalu bisa
mengontrol dan meninjau apa saja hal yang mungkin terjadi yang bisa melibatkan
citra perusahaan, dengan perubahan pada jenis komunitasnya maka akan berubah
pula strategi yang akan digunakan oleh praktisi PR dan secara tidak langsung
inilah perubahan yang namanya praktek public relations global.
4. Perubahan struktur
organisasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan ini.
Kami selaku pemakalah menangkap maksud dari perubahan
struktur organisasi sebagai solusi untuk menangani tantangan ini ialah bahwa
tugas mencari, memelihara dan meningkatkan relasi itu adalah tugasnya Public
Relations, tetapi disini tugas yang demikian itu tidak hanya dilakukan oleh
praktisi PR itu sendiri, melainkan juga dilakukan oleh semua lapisan jenjang struktur
dari organisaasi itu. Perbedaan tugas dari program paraktisi PR disini dengan
kontribusi semua lapisan struktur organisasi itu ialah semua lapisan struktur
itu hanya lebih cendrung mepertahankan citra dan relasi dalam bentuk
kepercayaan
B. Komunikasi
Krisis
Komnikasi
krisis adalah terkait dengan penggunaan semua peralatan public relations yang
ada, dalam rangka memelihara dan memperkuat reputasi organisasi dalam jangka
panjang serta pada waktu ketika organisasi berada dalam kondisi bahaya. Setiap
hari, organisasi selalu berhadapan dengan masalah. Keterlambatan pengiriman
barang, konsumen yang tidak puas, peluang kerja yang tidak terpenuhi,
meningkatnyua harga, dan layanan yang kacau adalah beberapa tantangan yang
sering didunia usaha, namun masalah tersebut tidak selalu berarti mendatangkan
krisis kepada perusahaan.
Krisis
berbeda dengan msasalah sehari-hari, dimana krisis sering menarik minat dan
menjadi perhatian public melalui liputan media. Keadaan seperti ini dapat
mengganggu operasional normal perusahaan dan dapat berdampak pada kehidupan
dibidang politik, hukum, keuangan, serta pengaruh pemerintahan dalam
perusahaan.
Nashville,
Institute for crisis management berbasis di Tennesee, mengidentifikasi empat
penyebab mendasar terjadinya sebuah krisis perusahaan.
1. Bencana
alam. Badai, Gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan yang sejenisnya
masuk kedalam kategori ini
2. Masalah
mekanis. Contohnya adalah pecahnya pipa atau jatuhnya sky word.
3. Kesalahan
manusia. Seorang karyawan salah membuka katup air dan menyebabkan air
berserakan atau kesalahpahaman tentang bagaimana mengerjakan sebuah tugas dalam
waktu sulit ini.
4. Keputusan
manajemen. Eksikutif level senior kadang tidak menganngap serius masalah atau
malah mereka beranggapan bahwa tak seorangpun mengetahui masalah tersebut.
Krisis
sesungguhnya dapat diantisipasi, bahkan dapat dicegah jika organisasi dapat
memelihara dan menjaga hubungan dengan stakeholder utama, seperti dengan
karyawan, konsumen, pemerintah, dan media umum serta media perdagangan.
Komunikasi dua arah yang dilakukan secara reguler dengan kelompok ini adalah
perekat yang dapat membawa kredibilitas dan harapan yang positif ketika krisis
melanda. Dengan demikian semakin konsisten sebuah organisasi melakukan apa yang
disampaikan stakeholdernya, akan semakin baik reputasinya.
C. Media
sosial
Teknologi
komunikasi yang baru selalu mempengaruhi praktek PR, namun mungkin tak ada yang
lebih terasa pengaruhnya selain internet, emael dan media sosial yang baru.
Anggaran dana telah dialokasikan ulang untuk memaksimalkan penggunaan teknologi
digital ini sederetan praktek baru mengambil keuntungan dari kecepatan
penggunaan media internet, untuk menjaga agar konstituen utama mereka menyadari
serta tahu tentang perkembangan terbaru.
Hal
ini termasuk dalam program manajemen krisis, kampanye multimedia, progrma
medioa relations yang tak pernah berhenti, seta kemitraan aliansi dengan
kelompok-kelompok yang baru berdiri . hasilnya akan terlihat pada peningkatan
penjualan pada konsumen baru dan penjualan yang tetap kepada kelompok yang
sudah ada karena teknologi membantu menciptakan dialog antara organisasi dan
kelompok aktivis.
D. Public
Relations dan pasar global
Terbukanya
pasar dunia sepanjang abad ke-20 telah membawa keberkahan finalsial yang
mengarahkan ulang praktek Public relations dan struktur industri. Sebagai
contoh, ketahuilah kebanyakan dari agensi Public relations terbesar didunia
sekarang ini dimiliki oleh agensi periklanan . selanjutnya dari perusahaan
PR/perusahaan ini dimiliki oleh atau ada kaitannya dengan konglomerat multinasional
lainnya.
Akibatnya,
perusahaan-perusahaan ini memiliki sumberdaya yang cukup untuk menyusun
inisiatif program PR yang menjangkau secara luas, dimana saja dan kapan saja.
Dan persis itulah yang terjadi , dimana sekarang 40-50 persen pendapatan
tahunan dari perusahaan PR atau periklanan terbesar amerika serikat dari luar
amerika serikat.
Pada
tingkatan perusahaan, fungsi PR memiliki tiga aspek yang berbeda satu sama lain
. pertama, PR berperan mempresentasekan perusahaan multinasional didalam
negeri. Yang berurusan dengan opini publik dan aktivitas pemerintah yang
berkaitan dengan perusahaan secara khusus atau dengan perusahaan multinasional
secara umum. Peran kedua dari PR multinasional adalah untuk membangun jembatan
bagi jurang komunikasi yang tidak dapat dihindari antara operasional diluar
negeri dengan manajemen puncak dikantor pusat.dan yang terakhir PR harus
dilakukan diberbagai negara dimana ada anak perusahaan, semua poin ini akan
menghasilkan komunikasi internal yang sangat baik.
E. Perubahan
institusi Public Relations
Pada
saat ini kita telah menyaksikan bagaimana teknologi komunikasi telah
mempercepat setiap dimensi praktek PR sekaligus telah mendorong pembangunan
hubungan baru yang sulit dipetakan dengan konstituen yang sudah ada dan yang
baru muncul.
Modal
yang diperlukan untuk membiayai dan membentuk ekonomi global kurang lebih
menjadi sistem pasar tunggal, menempatkan begitu banyak tekanan pada usaha
untuk memperoleh keuntungan jangka pendek, pada pemotongan masa dari tahun
kebulan, dari bulan kehari, belum lagi pada perlunya adaptasi praktek dan
prosedur PR yang cepat dalam rangka menyesuaikan diri dengan persyaratan dari
negara atau wilayah yang dimasuki perusahaan.
Secara
keseluruhan perubahan pada tingkatan masyarakt ini mengisyaraatkan adanya
formulasi baru praktek PR. Hari ini kerja PR dan komunikasi perusahaan
dipadukan kedalam proses komunikasi yang lebih luas dalam rangka
mengintegrasikan operasional organisasi. Dengan mendefinisikan dari mereka
sebagai ahli komunikasi atau konsultan-jurusan PR dan Komunikasi perguruan
tinggi, hari ini akan menekan diri mereka bekerja sama dengan praktek PR dan
manajemen komunikasi yang lebih komprehensif.
F. Perubahan
peran Praktisi Public Relations
Dilatarbelakangi
oleh adanya teknologi baru, pasar global, dan isu tentang tanggung jawab
perusahaan tidak begitu mengheran bahwa peran praktis PR sekarang mengalami
perubahan. 10 poin perubahan peran public relations.
1. Dari
penasehat eksternal ke konsultan komunikasi internal
PR
dibangun sebgai pekerjaan yang sah dan menjadi wilayah kajian yang sangat
bernilai oleh segelintir agen mantan surat kabar pada masa awal abad ke-20.
Para pelopor ini mendirikan perusahaan mereka sendiri dan seringkali berhasil
membangun reputasi yang baik, tidak hanya untuk diri mereka, tetapi juga untuk nama
baik klien mereka. Model praktek konsellor PR eks dan indepenten ini dengan
cepat menjadi sebuah model yang ideal.
Praktek
aktual PR telah berevolusi jauh melewati model aslinya. Walaupun perushaan
konseling tumbuh subur, satu jenis praktisi PR telah muncul khususnya didalam
struktur organisasi yang luas dan kompleks.para praktisi ini sangat perhatian
dengan komunikasi inter dan juga publisitas eks.
2. Dari
komunikasi satu arah ke komunikasi dua arah dan interaksi
Dengan
akarnya dalam retorika dan persuasi, tidak mengejutkan bahwa teori dan konsep
kampanye pada awalnya dirancang publisistas satu arah untuk menimbulkan
kesadaran dan perubahan sikap dan kemudian muncul akan mempengaruhi perilaku namun,
perkembangan konsep tualisasi teori PR dalam seperempat abad terakhir berpokus
pada komunikasi dua arah yang kurang lebih dapat menyeimbangkan oragisasidengan
public atau konstetuen utamanya.
3. Dari
pendukung pemasaran ke komunikasi terpadu
Beberapa
waktu yang lalu justifikasi utama yang digunakan untuk memandang PR adalah
usahanya dalam menjual produk PR dipandang sebagai pembantu dalam usaha
penjualan yang secara khusus mengurusi publisita produk, mengkordinasi
penyelenggaraan kegiatan tertentu dan memperoleh iklan gratis.
Namun,
belakangan ini kecendrungannya adalah adanya pergeseran PR dari peran pembantu
pemasaran menuju komunikasi pemasaran, PR memainkan peran komunikasi pemasaran
yang berbeda-beda setelah melewati siklus kehidupan. Sebelum peluncuran produk,
PR bekerja sama dengan media relations serta membuat berita dan ulasan produk
yang menarik melalui situs internet yang akan dilihat oleh para konsumen utama,
dietributor, pedagang grosir, dan pengecer.
4. Dari
program ke proses
Secara
tradisional, PR telah menempatkan tekanan yang khusus terhadap program ,kampanye
dan output nyata lainnya dari usaha PR termasuk menulis berita. Dalam hal ini,
pekerjaan PR terdiri dari sederet tugas yang terpisah satu sama lain, rilis
media, pengumuman, iklan layanan sosial, kampanye publisitas, dan sejenisnya.
Produk dan progaram yang seperti itu masi menjadi tanggung jawab yang banyak
menghhabiskan waktu bagidepartemen PR. Namun , salah satu tren yang sangat
jelas dan dapat diamati dalam PR saat ini adalah tumbuhnya pandangan yang
mengatakan bahwa komuniasi organisasi merupakan sebuah proses terus menerus,
tidak hanya sekedar program.
5. Dari
ahli media ke perencana komunikasi
Dengan
memiliki penekanan tradisional untuk memproduksi produksi produk dan program
spesifik, PR dipandang sebagai orang yang memiliki seperrangkat keterampilan
spesifik. Kemampuan menulis menjadi keterampilan yang paling utama, diikuti
oleh keterampilan berbicara, keterempilan interpersonal, dan campran dari
kemampuan lainnya, seperti photografi, desaen grafis, dan sejenisnya. Seiring
perjalanan, basis keterampilan ini akan semakin luas dan kerjapun akan semakin
beragam.
Sebagai contoh , PR sekarang juga harus
mengenal desaen halaman web, penggunaan emael yang lebih luas, termsuk
internet, dan komuniaksi pisual. Namun, semakin, semakin besar jumlah saluran
media dan komuniaksi, akan semakin besar pula kebutuhan bagi PR masa depan
untuk mengenal bagaiomana menggunakan setiap media secara lebih efektif dan
kreatif. Mengetahui bagaimana cara terbaik penggunaan setiap keterampilan dan
taktik inilah yang membuat PR lebih bnyak terlihat sebagai sebuah proses
berfikir dan berencana.
6. Dari
hubungan jangka pendek ke pembanguna hubungan jangka panjang
Pada
masa lalu ,PR berusaha menempatkan satu hal dimedia dan mengukur efektifitasnya
denga keberhasilan mereka. Tren terakhir membaawa PR menjauh dari panggung,
melalui pembelaan terhadap publisitas negatif menuju manajemen isu.
Manajemen
isu adalah pengidentifikasian isu-isu penting yang dihadapi organisasi dan
bagaimana respon pihak manajemen organisasi terhadap isu tersebut. Prosesnya
mengikuti usaha identifikasi dini dari potensi kontropersi, pengembangan
kebijakan pemerintah terkait isu ini , pembuatan program untuk menjalankan
kebijakan, inplementsi pgrogram, serta berkomuniasi dengan Publiki yang sesuai tentang
kebijakan dan program ini dan terakhir adalah mengepaluasi hasil.
Proses
manajemen isu adalah sebuah wilayah dimana PR memiliki potensi terbesarnya
dalam hal berkontribusi terhada proses pengambilan manajerial. Organisasi dapat
menghindari publisitas negatif dan memperoleh perhatian positif publik dengan
cara mengadaptsi tuntutan publik sejak awal. Dalam cara ini, mereka dapat
menuai keuntungan karena dipersepsi publik sebagai pemimpin yangh bertanggung
jawab. PR harus dipersiapkan untuk dapat mengidentifikasi dan berurusan dengan
berbagai masalah yang menghadang organisasi mereka.
7. Dari
pemadam kebakaran ke manajer krisis
Diantara
tren kuat lain yang mempengaruhi PR adalah terjadinya perubahan peran mereka
dari pemadam kebadam kebakaran menjadi pencegah kebakaran. PR yang efektif
seharusnya tidak bekerja untuk membersihkan kesembrautan yang mereka temukan,
namun berusaha menghindari agar situasi tersebut tidak terjadi.
8. Dari
manipulasi ke pemahaman, negosiasi, dan kompromi
PR
terlahir sebagai sebuah seni manipulatif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
hasil yang spesifik dalam hal yang terkait dengan respon konsumen, hasil
pemilu, liputan media, atau sikap masyarakat. Tujuan PR adalah untuk
mengkomuniasikan dengan cara sedemikian rupa untuk memastikan kesesuaian antara
perilaku dan sikap publik dengan perencanaan individu dan organisasi, alat,
metode, dan media, dari komuniaksi ini ditentukan oleh apa yang dia ingin
kerjakan atau lakukan. Sifat berani
mengambil resiko, sensasional, dan hiasan, serta kebenaran yang sangat dipilih
adalah merupakan karakteristik dari perdagangan.
Manipulasi
yang kasar seperti itu hanya akan menhasilkan dampak jangka pendek dari pada
kebaikan jangka panjang sehingga akan membatasi efektifitas relations. Faktanya,
PR adalah kerja yang terkait dengan persuasi dan pengaruh sosial. Hal yang
berubah adalah adanya begitu banyak cara dalam teknik persuasif yang sekarang
dapat digunakan.
9. Dari
profesi yang didominasi pria menjadi profesi yang didominasi wanita
Ketika
buku ini diterbitkan tahun 1983, jumlah praktis PR yang berjenis kelamin
laki-lakimasih lebih banyak dari pada perempuan. Namun saat ini jumlah praktisi
perempuan sudah lebih banyak dari laki-laki, 71 persen berbanding 29 persen.
10. Dari
profesi amerika serikat ke profesi global
Dalam
satu dekade terakhir, kita telah melihat meluasnya profesi PR keseluruh dunia
sebagai sebuah fungsi global. Perbedaan budaya, bahasa, dan sistem hukum
membuat PR global menjadi lebih sulit, namun perkembangan teknologi komuniaksi
telah mengurangi hambatan-hambatan ini.
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isu-isu
yang berkembang dilingkungan kerja seorang praktisi public relations itu adalah
menjadi suatu tantangan bagi seorang praktisi public relations untuk
menyelesaikan, meminimalisir dan bahkan mengantisipasinya, dan seperti yang
kita ketahui bahwa di era teknologi seperti sekarang ini sangat menuntut
keaktifan yang ekstra bagi praktisi publik relations dalam mencari, mempertahankan
dan meningkatkan relasi yang notabene lebih cendrung bergaul dengan media
teknologi danlam usaha mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
B. Daftar
pustaka
Lattimore,Otin Baskin, suzette T.
Heiman, Elizabeth L. Toth.(2010). Public Relations Profesi dan Praktek.( Salemba humanika: jakarta)